Video Inspirasi dari Penyandang Cacat

Subhanallah.. melihat video ini, saya jadi berfikir, apa artinya sebuah kesempurnaan tubuh tanpa sebuah prestasi. Prestasi kebaikan tentunya. Dapat kita lihat betapa keterbatasan tubuh yang mereka punya tidak menghalanginya untuk berprestasi. Ya..kuncinya adalah motivasi dalam diri kita… Sesempurna apapun tubuh kita tanpa motivasi yang kuat untuk berprestasi tentu tidak akan pernah kita dapatkan prestasi itu. Dan sebaliknya keterbatasan tubuh tidak akan pernah menjadi penghalang untuk berprestasi ketika motivasi selalu menghujam dengan kuat dalam tubuh kita. Sahabat… sudahkan kita punya presatasi kebaikan di dunia ini, yang akan menjadi bekal kita menghadap Ilaahi?... Selama berprestasi… Untuk cara donwload video lihat disini.

Baca Selengkapnya...

Api dan Asap (Memahami arti musibah)

Suatu ketika ada kapal tenggelam akibat diterjang badai. Tak ada penumpangnya yang tersisa. Kecuali, satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum seutuhnya berpihak kepada pria itu. Dia terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Sendiri. Tanpa bekal makanan.
Orang itu berdoa kepada Tuhan minta diselamatkan. Usai berdoa, ia pandangi penjuru cakrawala. Berharap kapal dating. Tapi, tak ada tanda-tanda ada kapal yang diharapkan tiba. Ia berdoa lagi lebih khusyuk. Kemudian, menatap jauh ke laut lepas. Tidak ada kapal dating. Sekali lagi pria itu berdoa, tapi tak ada juga kapal yang diharapkan. Ya, pulau tempatna terdampar terlalu terpencil. Hampir tidak ada kapal lewat di dekatnya. Akhirnya, pria itu tidak berdoa lagi. Ia telah lelah berharap. Lalu, ia menghangatkan badan. Dikumpulkannya pelepa nyiur untuk membuat perapian. Setelah tubuhnya terasa nyaman, pria membuat rumah-rumahan sekedar tempat melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat agar bangunan kokoh dan dapat bertahan lama.
Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi hingga kemudian kembali ke gubuknya. Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah. Hampir tak tersisa. Gubuk itu terbakar karena pria itu lupa memadamkan perapian. Asap membumbung tinggi ke angkasa. Hilanglah semua kerja keras semalaman. Pria itu berteriak marah, “Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa? Mengapa…? Teriaknya melengking menyesali nasib. Tiba-tiba terdengar suara peluit. Tuittt…tuuitt.. Ternyata itu suara sebauah kapal yang sedang mendekat. Kapal itu merapat ke pantai. Beberapa orang turun menghampiri pria yang sendang menangisi gubuknya itu. Tentu saja pria itu terkejut. “Bagaimana kalian bisa tahun kalau aku ada disini?’ tanyanya penuh keheranan. “Kami melihat symbol asapmu!’ jawab seorang awak kapal. Teman, itulah kita. Kita adalah orang yang manja dan pemarah saat ditimpa musibah. Bahkan, selalu menilai bahwa nestapa yang kita terima adalah penderitaan yang begitu berat dan tak pernah dirasakan oleh siapapun. Itulah sebabnya kenapa kita begitu mudah mengeluh, marah, bahkan mengumpat.
Teman, tentu sikap itu tidak tepat. Seharusnya musibah tidak boleh membuat kita kehilangan hati kita. Tuhan harus selalu ada di hati kita, walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun. Sebab, Tuhan itu tidak tidur. Ia tahu beul kegelisahan dan jeritan hati kita. Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan kasih-Nya selalu datang kepada kita. Pada saat dan cara yang tidak disangka-sangka. Hanya saja kita terlalu kerdil untuk memahaminya.
Sumber : Buku Kekuatan Cinta karya Irfan Toni Herlambang. Gambar diambil dari Kompas.com
Turut berduka cita atas musibah gempa di Sumatra, semoga Allah memberikan kekuatan untuk memahami makna musibah itu dan kita ikhlas menjalaninya sebagai salah satu takdir Yang Maha Kuasa.

Baca Selengkapnya...

Paku dan Marah

Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya berusaha keras untuk membuang sifat buruk anaknya. Suatu hari ia memanggil anaknya dan memberinya sekantong paku. Paku? Ya, paku !
Sang anak heran. Tapi, bibir ayahnya justru membentuk senyum bijak. Dengan suaranya yang lembut ia berkata kepada anaknya agar memakukan sebuah paku dipagar belakang rumah setiap kali marah. Ajaib! Di hari pertama, sang anak menancapkan 48 paku ! Begitu juga hari kedua, ketiga dan beberapa hari selanjutnya. Tapi, tak berlangsung lama. Setelah itu jumlah paku yang tertancap berkurang secara bertahap. Ia menemukan fakta bahwa lebih mudah menahan amarahnya dari pada memakukan begitu banyak paku ke pagar. Akhirnya, kesadaran itu membuahkan hasil. Si anak telah bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabaran. Ia bergegas memberitahukan hal itu kepada ayahnya. Sang ayah tersenyum. Kemudian meminta si anak agar mencabut satu paku untuk setiap hari di mana dia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya berhasil mencabut semua paku yang pernah ditancapkannya. Ia bergegas melaporkan kabar gembira kepada ayahnya. Sang Ayah bangkit dari duduknya dan menuntun si anak melihat pagar di belakang rumah itu. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku. Tapi, lihatlah lubang-lubang dipagar ini. PAgar ini tidak akan pernah sama seperti sebelumnya,” kata si ayah bijak. Sang ayah sengaja memotong kalimatnya pendek-pendek agar si anak bisa mencerna maksudnya dengan baik. Si anak menatap ayahnya dengan sikap menunggu apa kelanjutan ujaran anaknya itu. “ Ketika kamu melontarkan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu itu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau kepada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi, tidak peduli brapa kali kamu akan meminta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan, luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik, “ ucap sang ayah lembut namun sarat. Sang anak membalas tatapan lembut ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Pelajaran yang diberikan ayahnya begitu tajam menghujam relung hatinya. Teman, saling memaafkan mungkin bisa mengobati banyak hal. Tapi, akan sirna maknanya saat kita mengulang kesalahan serupa. Padahal, lubang bekas cabutan paku yang sebelumnya masih menganga. Jadi berhati-hatilah teman. Semoga Allah melembutkan hati kita dan menghiasinya dengan sifat sabar tanpa tepi. Aamiin. Diambil dari Buku : Kekuatan Cinta karya Irfan Toni Herlambang

Baca Selengkapnya...

Tahukah Anda

Ada keajaiban yang sangat penting tersembunyi dalam benang laba-laba. Benang berdiameter kecil dari 1/1000 milimieter ini lima kali lebih kuat daripada kawat baja dengan ketebalan yang sama. Benang ini juga sangat ringan. Untuk melingkari bumi, hanya diperlukan benang laba-laba seberat 320 gram saja.
Elang memiliki mata begitu tajam sehingga ketika terbang ribuan meter di udara, ia dapat mengamati keadaan di permukaan tanah dengan sempurna. Seperti pesawat tempur yang mendeteksi sasaran dari jarak ribuan meter, begitulah elang melihat mangsa. Ia mampu menangkap perubahan warna dan pergerakan yang sangat kecil di bawahnya. Mata elang memiliki sudut penglihatan 300 derajat dan dapat memperbesar bayangan sekitar enam hingga delapan kali. Elang dapat melihat tanah seluas 30.000 hektar ketika terbang pada ketinggian 4.500 meter. Ia juga dapat dengan mudah melihat seekor kelinci yang bersembunyi di antara sela-sela rumput pada ketinggian 1.500 meter.
Lebah menghasilkan madu lebih banyak daripada yang dibutuhkannya dan menyimpan di sarang. Semua orang sangat mengenal struktur heksagonal sarang lebah. Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa sarang lebah berbentuk heksagonal, bukan oktagonal atau pentagonal?
Para ahli matematika yang mencari jawaban pertanyaan itu mencapai kesimpulan menarik: “Heksagon adalah bentuk geometri paling tepat untuk penggunaan maksimum suatu ruang.” Sel berbentuk heksagonal membutuhkan jumlah lilin minimum, tetapi mampu menyimpan madu dalam jumlah maksimum. Jadi, lebah menggunakan struktur sarang yang paling tepat. Metode yang digunakan untuk membangunnya pun sangat menakjubkan: lebah-lebah memulainya dari dua atau tiga tempat berbeda dan menjalin sarangnya secara serentak dengan dua atau tiga deretan. Meskipun memulai dari tempat yang berbeda-beda, lebah yang jumlahnya banyak ini membuat heksagon-heksagon identik, kemudian menjalinnya jadi satu dan bertemu di tengah-tengah. Titik-titik sambungnya dipasang dengan begitu terampil sehingga tidak ada tanda-tanda telah digabungkan. Allahu Akbar !!!
Sumber : The Evolution Deceit, Harun Yahya Gambar dari ceritalucu.wordpres.com

Baca Selengkapnya...

  © Blogger template Coozie by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP